Diposkan pada Refleksi

Tiga Manfaat “Curhat” untuk Kesehatan Mental

photography of women talking to each other
Photo by Christina Morillo on Pexels.com

Hi, readers..

Apa kabar nih?

Ada masalah apa hari ini? Ada tugas apa hari ini? Sudah diselesaikan belum? Sudah ada solusinya belum?

Ingatlah, Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya melebihi batas kemampuannya. Jika kita mendapatkan cobaan dari Tuhan, artinya Tuhan tahu kita bisa melewati ujiannya.

Dalam melewati ujian tersebut, kita tidak harus memikirkan dan mencari solusi sendirian, kok. Tuhan memberikan keluasan sehingga kita dijadikannya sebagai mahluk sosial. Mahluk (manusia) yang membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain dalam berbagai hal. Lanjutkan membaca “Tiga Manfaat “Curhat” untuk Kesehatan Mental”

Diposkan pada Refleksi

Alfalink yang Mulai Dilupakan

Screenshot_20191210-010119_1

Hi, readers.

Kalian kenal alfalink ngga sih?

Itu loh, kamus Bahasa Inggris digital yang bentuknya mirip kalkulator.

Sewaktu masih SD-SMP (sekarang udah S2 sih), dulu cita-cita saya adalah memiliki Alfalink.
Alasan saya adalah karena saat itu saya belum mengenal kosa kata Bahasa Inggris sama sekali. (Sampe sekarang juga sih sebenernya, tapi ya engga separah dulu). Kamus saku pun terkadang tidak komplit jika saya ingin mencari arti dari suatu kata Bahasa Inggris.

Tapi sayangnya, cita-cita saya tidak terwujud sama sekali. Saat itu, Lanjutkan membaca “Alfalink yang Mulai Dilupakan”

Diposkan pada Refleksi

Berkebun di Era Revolusi Industri 4.0

person holding a green plant
Photo by Akil Mazumder on Pexels.com

Hi, readers.

Siapa sih yang ngga tau e-commerce?
Generasi milenial pasti banyak yang belanja dari olshop kan?

Apalagi yang mager kayak saya nih. Tinggal klik barang yang dibutuhkan (dibutuhkan loh ya, bukan diinginkan), transfer, barang dateng.
Kalo saya pribadi pengguna shopee nih, karena banyak gamesnya. Sambil iseng ngegim, tau-tau dapet koin dan voucher buat belanja. Kan lumayan untuk sobat qismin macem saya ni. Wkwk. Lanjutkan membaca “Berkebun di Era Revolusi Industri 4.0”

Diposkan pada Refleksi, Review Publikasi

Lima Hal untuk Berpikir Cerdas ala Alissa Wahid

activity asian people boys children
Photo by Artem Beliaikin on Pexels.com

Saat ini, dunia berubah dengan sangat cepat. Kita dapat melihatnya secara nyata di sekitar kita. Hal ini tentu tidak terlepas dari pengaruh Revolusi Industri 4.0.

Untuk menyongsong masa depan generasi emas Indonesia pada tahun 2030, kita sebagai anak muda yg hidup pada saat ini tentu harus berpikir secara cerdas, karena masa depan ada di tangan kita.

Berikut adalah lima hal yang harus dilakukan untuk berpikir cerdas ala Alissa Wahid: Lanjutkan membaca “Lima Hal untuk Berpikir Cerdas ala Alissa Wahid”

Diposkan pada Review Publikasi

Kutipan Dialog Nyai Ontosoroh yang Melampaui Zamannya

nyai ontosorohHi, readers.

Kalian pasti tidak asing kan dengan sosok Nyai Ontosoroh yang dijadikan sebagai peran sentral dalam novel pergerakan karya Pramoedya Ananta Toer? Seorang wanita luar biasa yang gagasan dan pola pikirnya mampu melampaui zamannya.

Menjadi wanita Jawa dan berasal dari keluarga miskin tidak lantas menjadikannya sebagai seorang wanita yang patuh tanpa tapi terhadap kolonial.

Kehidupannya yang harus menerima nasib sebagai gundik atau selir atau simpanan dari seorang petinggi Eropa tidak lantas membuatnya menjadi budak zaman.

Berikut beberapa kutipan dialog Nyai Ontosoroh yang menginspirasi dan menyadarkan orang-orang disekitarnya tentang kelakuan orang Eropa yang bertindak semena-mena terhadap rakyat pribumi. Lanjutkan membaca “Kutipan Dialog Nyai Ontosoroh yang Melampaui Zamannya”

Diposkan pada Refleksi, Review Publikasi

POLIGAMI UNTUK MEMPERBANYAK JUMLAH UMAT MUSLIM?

c94dc40a-ac88-4f8f-b311-ae5a112f69e1_169

Umat muslim (di) Indonesia sedang berada dalam pertarungan definisi umat “muslim sejati”. Setiap orang saling bergegas menuju barisan terdepan untuk mengibarkan “Panji Illahi”. Kajian Islam dan ajakan “hijrah” di mana-mana. Yang tidak pernah mengaji tiba-tiba berdalil seolah sudah tau segalanya. Penjual hijab syar’i laris manis dan menjadi tren di semua kalangan. Panggilan ukhti dan akhi (yang dulu –hanya– saya temukan di Madrasah Aliyah Keagamaan) kini sudah tidak asing lagi saya dengar, walaupun sebenarnya semakin hari kok saya malah semakin geli mendengarnya.

Paparan tersebut merupakan sebagian kecil ciri khas dari fenomena hijrah yang sedang tren di kalangan artis, kaum milenial, serta masyarakat urban. Mirisnya, Lanjutkan membaca “POLIGAMI UNTUK MEMPERBANYAK JUMLAH UMAT MUSLIM?”

Diposkan pada Pesantren

Pesantren pada Era Pasca Kemerdekaan

ilustrasi-santri-modernTokoh pertama dalam kalangan pegawai pemerintah kolonial Belanda yang secara penuh bekerja untuk pendidikan masyarakat non-Eropa adalah Inspektur Pendidikan Pribumi, yakni J.A. van der Chijs.

Pada tahun 1865, setahun setelah menjabat sebagai Inspektur Pendidikan, ia menolak untuk menyesuaikan pendidikan Islam yang sudah ada (baca: pesantren) karena alasan teknis pendidikan, yaitu membaca teks Arab yang dihafal tanpa dipahami maknanya.

Sistem pendidikan umum di Indonesia tidak Lanjutkan membaca “Pesantren pada Era Pasca Kemerdekaan”

Diposkan pada Pesantren

Pesantren pada Masa Pra-Kemerdekaan

masjid-buntet

Foto: Masjid Buntet Pesantren Cirebon

Pesantren merupakan pilar utama penopang pendidikan di nusantara. Alwi Shihab menegaskan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik (W. 1419 H.) merupakan orang pertama yang membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri.

Tujuannya, agar para santri menjadi Lanjutkan membaca “Pesantren pada Masa Pra-Kemerdekaan”

Diposkan pada Review Publikasi

Nilai Humanisme dan Kesetaraan Peran Perempuan dalam Tetralogi Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Tour

 

images

Masih hangat dalam ingatan kita tentang Tetralogi Pulau Buru, karya sang maestro sastra Indonesia, Pram. Tetralogi Pulau Buru merupakan sebuah nama untuk serangkaian empat novel Pramoedya Ananta Tour yang terbit mulai rentang tahun 1980 hingga 1988. Tetralogi Pulau Buru ini terdiri dari novel yang berjudul Bumi Manusia, Rumah Kaca, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah. Novel-novel ini lahir di balik jeruji penjara di Pulau Buru, tempat di mana sang maestro ini diasingkan oleh pemerintah Indonesia antara tahun 1965-1979. Lanjutkan membaca “Nilai Humanisme dan Kesetaraan Peran Perempuan dalam Tetralogi Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Tour”

Diposkan pada Events

Bedah Buku: Perempuan-Perempuan dalam Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer dan The Sand Child Karya Tahar Ben Jelloun

IMG_20191204_104829

Foto: dokumen pribadi

Acara bedah buku ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan Bahasa dan Pembukuan, Rawamangun, Jakarta Pusat.

Peserta sangat antusias menyimak paparan dari aktivis sekaligus dosen filsafat UI yang juga penikmat sastra. Dalam kesempatan hari ini, 04 Desember 2019, Saras Dewi dengan sangat epik berhasil membedah karya sang maestro sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Lanjutkan membaca “Bedah Buku: Perempuan-Perempuan dalam Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer dan The Sand Child Karya Tahar Ben Jelloun”