Diposkan pada Review Publikasi

Kutipan Dialog Nyai Ontosoroh yang Melampaui Zamannya

nyai ontosorohHi, readers.

Kalian pasti tidak asing kan dengan sosok Nyai Ontosoroh yang dijadikan sebagai peran sentral dalam novel pergerakan karya Pramoedya Ananta Toer? Seorang wanita luar biasa yang gagasan dan pola pikirnya mampu melampaui zamannya.

Menjadi wanita Jawa dan berasal dari keluarga miskin tidak lantas menjadikannya sebagai seorang wanita yang patuh tanpa tapi terhadap kolonial.

Kehidupannya yang harus menerima nasib sebagai gundik atau selir atau simpanan dari seorang petinggi Eropa tidak lantas membuatnya menjadi budak zaman.

Berikut beberapa kutipan dialog Nyai Ontosoroh yang menginspirasi dan menyadarkan orang-orang disekitarnya tentang kelakuan orang Eropa yang bertindak semena-mena terhadap rakyat pribumi. Lanjutkan membaca “Kutipan Dialog Nyai Ontosoroh yang Melampaui Zamannya”

Diposkan pada Refleksi, Review Publikasi

POLIGAMI UNTUK MEMPERBANYAK JUMLAH UMAT MUSLIM?

c94dc40a-ac88-4f8f-b311-ae5a112f69e1_169

Umat muslim (di) Indonesia sedang berada dalam pertarungan definisi umat “muslim sejati”. Setiap orang saling bergegas menuju barisan terdepan untuk mengibarkan “Panji Illahi”. Kajian Islam dan ajakan “hijrah” di mana-mana. Yang tidak pernah mengaji tiba-tiba berdalil seolah sudah tau segalanya. Penjual hijab syar’i laris manis dan menjadi tren di semua kalangan. Panggilan ukhti dan akhi (yang dulu –hanya– saya temukan di Madrasah Aliyah Keagamaan) kini sudah tidak asing lagi saya dengar, walaupun sebenarnya semakin hari kok saya malah semakin geli mendengarnya.

Paparan tersebut merupakan sebagian kecil ciri khas dari fenomena hijrah yang sedang tren di kalangan artis, kaum milenial, serta masyarakat urban. Mirisnya, Lanjutkan membaca “POLIGAMI UNTUK MEMPERBANYAK JUMLAH UMAT MUSLIM?”

Diposkan pada Pesantren

Pesantren pada Era Pasca Kemerdekaan

ilustrasi-santri-modernTokoh pertama dalam kalangan pegawai pemerintah kolonial Belanda yang secara penuh bekerja untuk pendidikan masyarakat non-Eropa adalah Inspektur Pendidikan Pribumi, yakni J.A. van der Chijs.

Pada tahun 1865, setahun setelah menjabat sebagai Inspektur Pendidikan, ia menolak untuk menyesuaikan pendidikan Islam yang sudah ada (baca: pesantren) karena alasan teknis pendidikan, yaitu membaca teks Arab yang dihafal tanpa dipahami maknanya.

Sistem pendidikan umum di Indonesia tidak Lanjutkan membaca “Pesantren pada Era Pasca Kemerdekaan”

Diposkan pada Pesantren

Pesantren pada Masa Pra-Kemerdekaan

masjid-buntet

Foto: Masjid Buntet Pesantren Cirebon

Pesantren merupakan pilar utama penopang pendidikan di nusantara. Alwi Shihab menegaskan bahwa Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik (W. 1419 H.) merupakan orang pertama yang membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri.

Tujuannya, agar para santri menjadi Lanjutkan membaca “Pesantren pada Masa Pra-Kemerdekaan”