Diposkan pada Refleksi

Kenapa Harus Malu Kuliah di Kampus Kecil?

 

architecture building campus college
Photo by Pixabay on Pexels.com

Pengalaman (pribadi)ku, mesti banyak orang yg heran dan suka tanya2 dengan background kampus dan prodi yg aku ambil. Misal nihya; “kenapa sih kok ngga kuliah di kampus ternama?”, “kenapa sih kok ambil jurusan IAT? Islam Nusantara? elu prospek kedepannya mau jadi apa? guru? guru ngaji?”, “kuliah dan ambil prodi itu disuruh siapa? orang tua ya?”, wa akhwatuhaa.

Ya aku maklumin sih pitakon² begituan. Kalo aku di posisi mereka, mungkin pertanyaanku juga bakal lebih banyak.

Tapi ya itu. Perlu dipahami kalo anak Tafsir kuliahnya bukan cuma belajar ngaji, makanya langsung bisa ketebak kalo kita bakal jadi guru ngaji. Buktinya aku ga pinter ngaji.

Itu smua pilihan dan keyakinan masing² aja ya. hehe. Aku jawab deh, kamu akan menjadi apa dengan karakter seperti apa dan akan sesukses apa itu ngga 100% dipengaruhi oleh seberapa besar kampusmu.

Jangan diartikan kampus kecil itu memiliki substansi yg kecil juga. yg penting itu substansi kok, bukan eksistensi. Perihal aku akan menjadi apa dengan Prodi yg aku ambil,  aku kira mahasiswa Tafsir ataupun Islam Nusantara bisa jadi abdi yg siap membela negara.

Selain “ngaji”, anak tafsir slalu dilatih utk berpikir kritis, tidak taqlid buta dg realitas masa lalu dan masa kini. Anak Tafsir bisa jadi peneliti yg hebat, bisa jadi penulis, bisa jadi jurnalis, bisa melawan hoax, bisa jadi aktifis bela negara, bisa jadi guru bangsa, bisa jadi leader di manapun, dan bisa jadi apapun semau elu.
Ono sing kurang paham gaes?

Penulis:

Santri Backpacker

Tinggalkan komentar